Bagimanakah sebenarnya hukum walimatul aqiqah? Apakah memang hal tersebut diperbolehkan ataukah sebaliknya hal tersebut dilarang oleh syariat?
hukum walimatul aqiqah : Penerapan aqiqah dalam wujud menyembelih kambing ataupun domba buat anak yang baru lahir. Buat anak pria sebanyak 2 ekor, sebaliknya buat anak wanita sebanyak 1 ekor. Tidak hanya disembelihkan untuknya, sang kecil pula dicukur rambutnya serta diberikan nama. Terpaut dengan penerapan aqiqah, umumnya warga hendak melaksanakan walimatul aqiqah ataupun perayaan aqiqah dengan metode mengundang saudara, sahabat, orang sebelah, serta yang yang lain. Seluruh berkumpul di rumah orang tua yang diaqiqahi anaknya buat mencicipi daging sembelihan hewan aqiqah yang telah tersajikan dalam wujud menu santapan tertentu.
Butuh dikenal kalau berkumpulnya saudara, sahabat, ataupun orang sebelah di rumah orang tua yang diaqiqahi anaknya. Sekedar ialah wujud luapan rasa bahagia serta gembira hendak kelahiran anak tersebut. Bila memanglah keadaannya demikian, hingga perihal tersebut diperbolehkan. Tetapi ingat, tidak diperbolehkan berpikiran jika walimatul aqiqah ialah sunnah ataupun ialah ibadah. Melainkan perihal tersebut dicoba sekedar selaku wujud luapan rasa bahagia serta gembira, tidak lebih.
“ Soal: Bolehkah berkumpul karib saudara, para orang sebelah, serta sahabat dikala membagikan nama buat anak yang baru lahir, ataukah perayaan tersebut tercantum bid’ ah serta kekafiran?
Jawab: Melaksanakan perayaan dikala membagikan nama buat anak yang baru lahir tidaklah tercantum sunnah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Serta tidak sempat terjalin dari para teman Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam di masa dia. Hingga barangsiapa yang melaksanakannya sebab menyangka kalau perihal tersebut ialah sunnah di dalam islam, hingga ia sudah mengada- adakan suatu( ajaran/ syariat) di dalam islam yang bukan ialah bagian dari islam. Perihal tersebut ialah bid’ ah yang tertolak bersumber pada sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Bagimanakah sebenarnya hukum walimatul aqiqah? Apakah memang hal tersebut diperbolehkan ataukah sebaliknya hal tersebut dilarang oleh syariat?